DARURAT PROVOKASI di Medsos? Ketua JMSI Papua Tengah Minta Masyarakat Lawan Narasi Adu Domba Akun Anonim!
Pada
18 Okt, 2025
TIMIKA, papuamctv.com - Di tengah derasnya arus informasi di dunia digital, berbagai isu provokatif dan narasi yang menyesatkan kian marak bermunculan di platform media sosial, terutama lewat akun-akun anonim di TikTok.
Menyikapi fenomena ini, Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Papua Tengah, Iwan S. Makatita mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan tidak mudah terprovokasi oleh konten-konten yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan.
Dalam keterangan resmi di Timika, Jumat, 17 Oktober 2025 Ketua JMSI Papua Tengah mengatakan, perkembangan media sosial yang begitu pesat memang membawa dampak positif bagi penyebaran informasi, namun di sisi lain juga membuka ruang luas bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi.
“Saat ini banyak konten yang dikemas secara menarik, bahkan tampak informatif, namun ternyata berisi pesan-pesan provokatif yang sengaja diciptakan untuk menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat Mimika ” ujarnya.
Iwan menegaskan, sebagian besar konten provokatif tersebut menggunakan isu sensitif seperti perbedaan suku, agama, dan politik sebagai alat untuk mengadu domba masyarakat. Dengan gaya penyampaian yang emosional dan manipulatif, konten seperti ini dengan mudah menarik perhatian netizen, terutama generasi muda yang aktif menggunakan TikTok.
“Anak muda kita sangat rentan menjadi target. Karena di TikTok, pesan bisa disampaikan secara halus lewat video pendek, namun dampaknya besar jika tidak disaring dengan nalar kritis,” jelasnya.
Ketua JMSI Papua Tengah juga menyoroti peran media siber dalam menjaga keseimbangan informasi di ruang publik. Ia meminta agar seluruh insan pers tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik, serta berperan aktif dalam meluruskan setiap informasi yang menyesatkan.
“Media tidak boleh ikut terbawa arus sensasional. Justru di saat seperti ini, jurnalis harus menjadi pilar yang menenangkan publik dengan berita yang akurat, mendidik, dan menyejukkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, JMSI Papua Tengah mendorong kolaborasi antara media, aparat penegak hukum, dan komunitas digital untuk memerangi penyebaran informasi palsu di media sosial. “Hoaks dan provokasi bukan hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga dapat mengganggu stabilitas keamanan daerah.
Karena itu, kami mendukung langkah aparat dalam menindak tegas penyebar konten yang mengandung ujaran kebencian atau provokasi SARA,” tambahnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih bijak dan berhati-hati dalam mengonsumsi informasi dari media sosial. “Jangan asal percaya, apalagi langsung membagikan. Lihat dulu sumbernya, periksa fakta, dan pastikan kebenarannya. Jika menemukan konten yang mencurigakan, segera laporkan kepada pihak berwenang atau admin platform,” imbaunya.
Ketua JMSI Papua Tengah juga menegaskan pentingnya literasi digital bagi seluruh lapisan masyarakat.
Menurutnya, kemampuan untuk memilah dan memahami informasi menjadi kunci utama agar masyarakat tidak mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. “Literasi digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kesadaran berpikir kritis dan tanggung jawab sosial dalam bermedia,” katanya menutup pernyataan.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat serta peran aktif media dan pemerintah, diharapkan ruang digital di Papua Tengah tetap menjadi sarana positif untuk memperkuat semangat kebersamaan, toleransi, dan persatuan bangsa di tengah tantangan era informasi yang semakin kompleks. (Admin)